Sabtu, 19 Oktober 2013

Kontrasepsi pil KB untuk pria .

Mencegah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi sejatinya bukan hanya tugas dan kewajiban kaum wanita saja. Pasalnya ketika pria mau dan dapat menggunakan kontrasepsi, kemungkinan kehamilan tak terencana dapat ditekan.

Sayangnya, jenis kontrasepsi yang diperuntukkan bagi pria tidak sebanyak yang tersedia untuk wanita. Selama ini kontrasepsi yang tersedia bagi pria antara lain kondom dan vesektomi. Sisanya, Kaum Adam hanya dapat mengandalkan kontrasepsi paling konservatif yaitu menarik penisnya sebelum terjadi ejakulasi saat berhubungan seks.

Beruntunglah kini kita semakin dekat dengan pilihan kontrasepsi baru untuk pria yaitu pil KB khusus pria. Para peneliti mengatakan, pil KB pria dapat menjadi pilihan darurat yang cukup menjanjikan. Pil KB untuk pria bekerja dengan cara  memberikan dosis hormon tiruan ke aliran darah pria. Hormon ini  berperan untuk menghambat produksi sperma.

Sama halnya dengan pil KB wanita, sifat pil KB pria juga hanya sementara. Dan sama halnya seperti pil hormonal lainnya, salah satu penulis studi sekaligus anggota departemen kesehatan di Imperial College di London Deborah A. Garside mengatakan, pil KB pria memiliki efek samping seperti dapat menimbulkan jerawat, penambahan berat badan, bahkan perubahan kadar testosteron dapat memicu penurunan gairah seksual.

Garside mengatakan, teknik non-hormonal juga sedang dikembangkan, khususnya vaksin yang mengimunisasai antibodi pria yang menghentikan produksi sperma. Teknik ini lebih efektif daripada pil karena langsung menargetkan pada hormon yang berhubungan dengan produksi sperma. Teknik ini juga tidak menurunkan kadar testosteron sehingga libido bisa terjaga. Teknik tersebut juga bersifat sementara karena hanya berefek dalam periode waktu tertentu.

Di Indonesia, pil KB khusus pria dikabarkan sudah siap diproduksi oleh PT Indofarma Tbk. Pil KB di Indonesia diciptakan dan dikembangkan oleh peneliti asal Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Pil KB pria tersebut terbuat dari ekstrak daun tanaman Gendarussa yang memiliki kemampuan untuk melemahkan sperma membuahi sel telur di samping menaikan vitalitas pria itu sendiri. Pihak peneliti mengatakan, pil KB pria sudah melewati uji klinis dan siap diproduksi massal di tahun 2014.

PARTOGRAF



 





Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.( saifudin, abdul bari. 2002).
            Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan ( depkes RI, 2004).
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1.      Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Menurt depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
1.      Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen penting asuhan  persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit.
2.      Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, menevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
3.      Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah, puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit,DLL).
4.      Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu sekama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis obstetric , bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteron).
       Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Mencatat temuan pada partograf :
1.      Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2.      Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom,lajur dan skala pada partograf adalah untuk pencatatn DJJ, air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
a)      DJJ
Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180. Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di
b)      Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai  di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambing berikut ini :
Ø  U               : ketuban utuh (belum pecah)
Ø  J     : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
Ø  M   : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
Ø  D               : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
Ø  K               :ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
c)      Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan adanya  Chepalo Pelvic Disporportion (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat di pusahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan tanda – tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai. Gunakan lambing lambing berikut :
0             : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di    palpasi.
1              : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2               : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat di  pisahkan.
                        3             : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak dapat dipisahkan
3.      Kemajuan persalinan.
      Menurut Depkes (2004), kolom dan lajr kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
a)      Pembukaan serviks
            Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b)      Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
            Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
            Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya di ikuti dengan turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar & cm.
c)      Garis waspada dan garis bertindak
            Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang di perlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obsetetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui.
4.      Jam dan waktu
a)      Waktu mulainya fase aktif persalianan
            Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase aktif persalinan.
b)      Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
            Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif, tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
5.      Kontraksi uterus
      Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai.
6.     Obat – obatan dan cairan yang di berikan
      Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV.
a.       Oksitosin
            Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b.      Obat – obatan lain dan cairan IV
            catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7.      Kesehatan dan kenyamanan ibu
      Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan.
a.       Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
(1)               Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
(2)               Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinann.
(3)               Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
b.      Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap kali ibu berkemih).
8.      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup :
a.       Jumlah cairan peroral yang di berikan.
b.      Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
c.       Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter obsgyn,bidan, dokter umum).
d.      Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e.       Upaya rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang partograf :
                  Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di lakukan sejak pesalinan kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini di sebut sebagai catatn persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang di berikan pada ib u dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutamam pada pemantaun kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan persalinan( yang sudah di isi dengan lengkap dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah di lakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.

contoh pengisian partograf

Pedoman Pengisian Partograf

Jumat, 18 Oktober 2013

Kontrasepsi dengan AKDR / IUD (Intra Uteri Device)

a.       Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinyakehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
b.      Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
IUD(Intra Uterin Device) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptif.
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyethylene). Ada yang dililit tembaga , ada yang dililit tembaga bercampur , dan yang berisi hormone progesterone.
B.     Jenis – Jenis AKDR
1.      Sarwono P, 2002
spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C dan Nova T), tulang ikan (MLCu250 dan 375) dan batang (Gynefix). Unsure tambahan adalah tembaga (Cuprum) atau hormon (Levonorgestrel). BKKBN menggunakan Cupper T 380 A sebagai standar yang dibuat oleh PT Kimia Farma.
2.      Jenis AKDR
a.       Lippes-Loop(spiral)
b.      Saf-T-Coil
c.       Dana-Super
d.      Copper-T (Gyne-T)
e.       Copper-7 (Gravigard)
f.       Multiload
g.       Progesterone IUD
a.       Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.

b.      Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

c.       Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

d.      Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

C.     Cara kerja
a.       AKDR non hormonal (IUD)
1.      Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2.      Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3.      AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
b.      AKDR hormonal (mirena)
cara kerja mirena ini adalah dengan mengeluarkan hormon progestin sintetis bernama levonorgestrel sebanyak 20 mikrogram setiap harinya. Hormon ini selanjutnya akan memberikan pengaruh terhadap lendir rahim sehingga lebih kental. Akibatnya sel sperma yang masuk ke dalam rahim akan mengalami kesulitan untuk bergerak karena suasana lendir rahim yang lebih mampat. Hal ini lebih mirip seperti cara kerja implant yang juga sama-sama mempengaruhi suasana lendir rahim menjadi lebih kental.
D.     efektivitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
E.      Mekanisme Kerja AKDR sebagai alat kontrasepsi
Bagaimana mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, tetapi kerjanya bersifat lokal.
1.      AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leokosit, makrofag, dan limposit.
2.      AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
3.      Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4.      Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
F.      Indikasi
1.      Usia reproduktif
2.      Keadaan nulipara
3.      Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4.      Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5.      Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6.      Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7.      Risiko rendah dari IMS
8.      Tidak menghendaki metoda hormonal
9.      Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10.  Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11.  Perokok
12.  Gemuk ataupun kurus
G.     Kontraindikasi
1.      Belum pernah melahirkan
2.      Adanya perkiraan hamil
3.      Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
4.      Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5.      Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6.      Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
7.      Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
8.      Penyakit trofoblas yang ganas.
9.      Diketahui menderita TBC pelvic.
10.  Kanker alat genital
11.  Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
H.     Keuntungan
a.       AKDR non hormonal
1.      Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
2.      IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
3.      Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
4.      Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5.      Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
6.      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7.      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
8.      Dapat digunakan sampai menopause
9.      Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10.  Membantu mencegah kehamilan ektopik
11.  Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
b.      AKDR hormonal
1.      Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
2.      Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae (Asherman’s Syndrome).
c.       Keuntungan (Sarwono P, 1999)
1.      Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan
2.      Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit
3.      Kontrol medis yang ringan
4.      Tidak menimbulkan efek sistemik
5.      Alat ekonomis
6.      Efektivitas cukup tinggi
7.      Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik (reversibel).
I.        Kerugian
a.       AKDR Non hormonal
1.      Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
2.      Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae (Asherman’s Syndrome).
b.      AKDR hormonal
1.      Perubahan siklus haid.
2.      Haid lebih lama dan banyak.
3.      Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4.      Disaat haid lebih sakit.
J.       Efek samping
1.      Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.
2.      Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
3.      Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
4.      Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
5.      Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau  haid yang lebih banyak.
6.      Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7.      Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan.
K.     Komplikasi
1.       merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
2.      perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
3.      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4.      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
5.      Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
6.      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
7.      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
8.      Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
9.      Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
10.  Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
11.  Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

L.      Waktu pemasangan
1.      Kapan saja dalam siklus haid selama yakin tidak hamil.
2.      Pemasangan setelah persalinan :
a.       Boleh dipasang dalam waktu 48 jam pasca persalinan.
b.      Dapat pula dipasang setelah 4  minggu pasca persalinan, dengan dipastikan tidak hamil.
3.      Setelah keguguran atau aborsi :
a.       Jika mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir, boleh dipasang jika tidak ada infeksi. Jika keguguran lebih dari 7 hari terakhir, boleh dipasang jika dipastikan tidak hamil.
b.      Jika terjadi infeksi, boleh dipasang 3 bulan setelah sembuh.
4.      Jika ganti dari metode lain :
Jika telah memakai metode lain dengan benar atau tidak  bersenggama sejak haid terakhir, AKDR boleh dipasang.
M.    Waktu pemakai memerikasaan diri
1.      1 bulan pasca pemasangan
2.      3 bulan kemudian
3.      Setiap 6 bulan berikutnya
4.      Bila terlambat haid 1 minggu
5.      Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
N.     Waktu pencabutan
1.      Ingin hamil kembali.
2.      Leukorea, sulit diobati dan klien menjadi kurus.
3.      Terjadi infeksi.
4.      Terjadi perdarahan.
5.      Terjadi kehamilan.
O.     Upaya bidan dalam menanggulangi efek samping
1.      Jika permasalahan ringan, dianjurkan agar dilakukan konseling.
2.      Jika terjadi terdapat infeksi maupun gejalanya segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
3.      Pada efek samping amenore, periksa apakah sedang hamil atau tidak.
a.       Apabila tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan menyelidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki.
b.      Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
c.       Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR tidak dilepas.
d.      Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan tanpa melepas AKDR maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
4.       Untuk penanganan dismenore yaitu memastikan dan menegaskan adanya penyakit radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari kekejangan.
a.       Menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
b.      Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, AKDR dilepas dan membantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
5.      Pada perdarahan hebat yaitu :
a.       Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan serta perdarahan hebat, melakukan konseling dan pemantauan.
b.      Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1-3 bulan).
c.       AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb <7g%) dianjurkan untuk melepas AKDR dan membantu memilih metode lain yang sesuai.