Minggu, 24 November 2013
Sabtu, 19 Oktober 2013
Kontrasepsi pil KB untuk pria .
Mencegah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi sejatinya
bukan hanya tugas dan kewajiban kaum wanita saja. Pasalnya ketika pria
mau dan dapat menggunakan kontrasepsi, kemungkinan kehamilan tak
terencana dapat ditekan.
Sayangnya, jenis kontrasepsi yang diperuntukkan bagi pria tidak sebanyak yang tersedia untuk wanita. Selama ini kontrasepsi yang tersedia bagi pria antara lain kondom dan vesektomi. Sisanya, Kaum Adam hanya dapat mengandalkan kontrasepsi paling konservatif yaitu menarik penisnya sebelum terjadi ejakulasi saat berhubungan seks.
Beruntunglah kini kita semakin dekat dengan pilihan kontrasepsi baru untuk pria yaitu pil KB khusus pria. Para peneliti mengatakan, pil KB pria dapat menjadi pilihan darurat yang cukup menjanjikan. Pil KB untuk pria bekerja dengan cara memberikan dosis hormon tiruan ke aliran darah pria. Hormon ini berperan untuk menghambat produksi sperma.
Sama halnya dengan pil KB wanita, sifat pil KB pria juga hanya sementara. Dan sama halnya seperti pil hormonal lainnya, salah satu penulis studi sekaligus anggota departemen kesehatan di Imperial College di London Deborah A. Garside mengatakan, pil KB pria memiliki efek samping seperti dapat menimbulkan jerawat, penambahan berat badan, bahkan perubahan kadar testosteron dapat memicu penurunan gairah seksual.
Garside mengatakan, teknik non-hormonal juga sedang dikembangkan, khususnya vaksin yang mengimunisasai antibodi pria yang menghentikan produksi sperma. Teknik ini lebih efektif daripada pil karena langsung menargetkan pada hormon yang berhubungan dengan produksi sperma. Teknik ini juga tidak menurunkan kadar testosteron sehingga libido bisa terjaga. Teknik tersebut juga bersifat sementara karena hanya berefek dalam periode waktu tertentu.
Di Indonesia, pil KB khusus pria dikabarkan sudah siap diproduksi oleh PT Indofarma Tbk. Pil KB di Indonesia diciptakan dan dikembangkan oleh peneliti asal Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Pil KB pria tersebut terbuat dari ekstrak daun tanaman Gendarussa yang memiliki kemampuan untuk melemahkan sperma membuahi sel telur di samping menaikan vitalitas pria itu sendiri. Pihak peneliti mengatakan, pil KB pria sudah melewati uji klinis dan siap diproduksi massal di tahun 2014.
Sayangnya, jenis kontrasepsi yang diperuntukkan bagi pria tidak sebanyak yang tersedia untuk wanita. Selama ini kontrasepsi yang tersedia bagi pria antara lain kondom dan vesektomi. Sisanya, Kaum Adam hanya dapat mengandalkan kontrasepsi paling konservatif yaitu menarik penisnya sebelum terjadi ejakulasi saat berhubungan seks.
Beruntunglah kini kita semakin dekat dengan pilihan kontrasepsi baru untuk pria yaitu pil KB khusus pria. Para peneliti mengatakan, pil KB pria dapat menjadi pilihan darurat yang cukup menjanjikan. Pil KB untuk pria bekerja dengan cara memberikan dosis hormon tiruan ke aliran darah pria. Hormon ini berperan untuk menghambat produksi sperma.
Sama halnya dengan pil KB wanita, sifat pil KB pria juga hanya sementara. Dan sama halnya seperti pil hormonal lainnya, salah satu penulis studi sekaligus anggota departemen kesehatan di Imperial College di London Deborah A. Garside mengatakan, pil KB pria memiliki efek samping seperti dapat menimbulkan jerawat, penambahan berat badan, bahkan perubahan kadar testosteron dapat memicu penurunan gairah seksual.
Garside mengatakan, teknik non-hormonal juga sedang dikembangkan, khususnya vaksin yang mengimunisasai antibodi pria yang menghentikan produksi sperma. Teknik ini lebih efektif daripada pil karena langsung menargetkan pada hormon yang berhubungan dengan produksi sperma. Teknik ini juga tidak menurunkan kadar testosteron sehingga libido bisa terjaga. Teknik tersebut juga bersifat sementara karena hanya berefek dalam periode waktu tertentu.
Di Indonesia, pil KB khusus pria dikabarkan sudah siap diproduksi oleh PT Indofarma Tbk. Pil KB di Indonesia diciptakan dan dikembangkan oleh peneliti asal Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Pil KB pria tersebut terbuat dari ekstrak daun tanaman Gendarussa yang memiliki kemampuan untuk melemahkan sperma membuahi sel telur di samping menaikan vitalitas pria itu sendiri. Pihak peneliti mengatakan, pil KB pria sudah melewati uji klinis dan siap diproduksi massal di tahun 2014.
PARTOGRAF
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.( saifudin, abdul bari. 2002).
Partograf
adalah
alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan
( depkes RI,
2004).
Menurut depkes RI (2004), tujuan
utama dari
penggunaan partograf adalah untuk:
1.
Mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.
Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi
secara
dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Menurt depkes RI (2004) partograf
harus digunakan :
1.
Untuk
semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan
sebagai elmen penting asuhan persalinan.
partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya penyulit.
2.
Partograf
akan membantu penolong persalinan
dalam memantau, menevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan
normal maupun yang disertai dengan penyulit.
3.
Selama persalinan
dan kelahiran di semua
tempat ( rumah, puskesmas,klinik bidan
swasta, rumah sakit,DLL).
4.
Secara
rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu sekama pesalinan dan kelahiran (
dr. spesialis obstetric , bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa
kedokteron).
Penggunaan partograf secara rutin akan
memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat
waktu.
Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan
jiwa mereka.
Mencatat temuan pada partograf :
1. Informasi
tentang ibu
Lengkapi
bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan.
Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan
perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan
catat waktu terjadinya pecah
ketuban.
2. Kesehatan
dan kenyamanan janin
Kolom,lajur
dan skala pada partograf adalah untuk pencatatn DJJ, air ketuban dan
penyusupan
( kepala janin ).
a)
DJJ
Dengan
menggunakan metode seperti yang di urauikan pada bagian pemeriksaan
fisik,
nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda –
tanda gawat
janin).
Kisaran
normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180.
Tetapi,penolong
harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di
b)
Warna
dan adanya air ketuban
Nilai
air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna
air
ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan
– gunakan lambing berikut ini :
Ø U :
ketuban utuh (belum pecah)
Ø J :
ketuban sudah pecah dan air ketuban
jernih
Ø M : ketuban
sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium
Ø D :
ketuban sudah pecah dan air
ketuan bercampur darah
Ø K :ketuban
sudah pecah dan tidak
ada air ketuban (“kering”)
c)
Molase
(penyusupan kepala janin)
Penyusupan
adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan
diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup
atau
tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan adanya
Chepalo Pelvic Disporportion
(CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang
kepala
yang saling menyusup tidak dapat di pusahkan. Apabila ada dugaan
disproporsi
tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan
kemajuan persalinan.
Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan
tanda – tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang
memadai.
Gunakan lambing lambing berikut :
0 :
tulang – tulang kepala janin
terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi.
1
: tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2
: tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat
di pisahkan.
3 :
tulang – tulang kepala
janin saling tumpang tindih da tidak dapat dipisahkan
3. Kemajuan persalinan.
Menurut
Depkes (2004), kolom dan lajr
kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
a)
Pembukaan
serviks
Dengan
menggunakan metode yang di
jelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat
pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda
penyulit).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf hasil temuan
dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang
sesuai
dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan –
temuan dari
pemeriksaan dalam yang di lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan
di
garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh
(tidak terputus).
b)
Penurunan
bagian terbawah atau
presentasi janin.
Dengan
menggunakan metode yang di
jelaskan di bagian fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan
dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit,
nilai
dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan
normal, kemajuan
pembukaan serviks umumnya di ikuti dengan turunnya bagian
terbawah/presentasi
janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar & cm.
c)
Garis
waspada dan garis bertindak
Garis
waspada di mulai pada
pembukaan serviks 4 jam cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm
per
jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus di mulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada. Jika
pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1
cm per
jam), maka harus di pertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif
yang
memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi
yang di
perlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitaskesehatan rujukan
(rumah sakit
atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan
obsetetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8
kotak
atau 4 lajur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan
bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan
harus dilakukan. Ibu
harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampui.
4. Jam
dan waktu
a)
Waktu
mulainya fase aktif persalianan
Di
bagian bawah partograf (pembukaan
serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-16.
Setiap
kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase aktif persalinan.
b)
Waktu
aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di
bawah lajur kotak untuk waktu
misalnya fase aktif, tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual
saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan
berkaitan
dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan,
catatkan
waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
5. Kontraksi
uterus
Di
bawah lajur waktu partograf terdapat
lima lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar
kolom
paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap
30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi
angka
pada kotak yang sesuai.
6. Obat
– obatan dan cairan yang di berikan
Di
bawah lajur kotak observasi kontraksi
uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya
dan
cairan IV.
a.
Oksitosin
Jika
tetesan (drip) oksitosin sudah
di mulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang di
berikan
per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b.
Obat
– obatan lain dan cairan IV
catat
semua pemberian obat – obatan
tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
7. Kesehatan
dan kenyamanan ibu
Bagian
terakhir pada lembar depan
partograf berkaitan dengan keehatan dan kenyamanan.
a.
Nadi,
tekanan darah, dan temperature
tubuh.
Angka
di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan
darah
ibu.
(1)
Nilai
dan catat nadi ibu setiap 30 menit
selama fase aktif persalinan.
(2)
Nilai
dan catat tekanan darah ibu setiap
4 jam selama fase aktif persalinann.
(3)
Nilai
dan catat temperature tubuh ibu
(lebih sering jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi) setiap 2
jam dan
catat temperature tubuh dalam kotak yang sesuai.
b.
Volume
urine, protein atau aseton
Ukur
dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam ( setiap
kali ibu
berkemih).
8. Asuhan,
pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat
semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar
kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan,
pengamatan dan keputusan klinik
mencakup :
a.
Jumlah
cairan peroral yang di berikan.
b.
Keluhan
sakit kepala atau penglihatan
(pandangan) kabur.
c.
Konsultasi
dengan penolong persalinan
lainnya (dokter obsgyn,bidan,
dokter umum).
d.
Persiapan
sebelum melakukan rujukan.
e.
Upaya
rujukan.
Pencatatan
pada lembar belakang partograf :
Halaman
belakang partograf
merupakan bagian untuk mencatat hal – hal yang terjadi selama proses persalinan
dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di lakukan sejak pesalinan
kala I
hingga IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini di
sebut
sebagai catatn persalinan.
Nilai dan catatkan asuhan yang di berikan pada ib u
dalam masa nifas terutama selama persalinan
kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang
sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik,
terutamam pada pemantaun kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan).
Selain itu, catatan persalinan(
yang sudah di isi dengan lengkap
dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana
telah
di lakukan pelaksanaan asuhan persalinan
yang bersih dan aman.
contoh pengisian partograf
Jumat, 18 Oktober 2013
Kontrasepsi dengan AKDR / IUD (Intra Uteri Device)
a. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra
berarti melawan
atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel
wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinyakehamilan
sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut.
b.
Alat
kontrasepsi dalam
Rahim (AKDR)
IUD(Intra Uterin Device) adalah
alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke
dalam
rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode
tertentu.
IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
AKDR adalah bahan inert sintetik
(dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan
berbagai
bentuk, yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek
kontraseptif.
AKDR adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari
plastic
(polyethylene). Ada yang dililit tembaga , ada yang dililit tembaga
bercampur ,
dan yang berisi hormone progesterone.
B.
Jenis –
Jenis AKDR
1.
Sarwono P,
2002
spiral
(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C dan Nova T), tulang ikan
(MLCu250 dan
375) dan batang (Gynefix). Unsure tambahan adalah tembaga (Cuprum) atau
hormon
(Levonorgestrel). BKKBN menggunakan Cupper T 380 A sebagai standar yang
dibuat
oleh PT Kimia Farma.
2.
Jenis AKDR
a.
Lippes-Loop(spiral)
b.
Saf-T-Coil
c.
Dana-Super
d.
Copper-T
(Gyne-T)
e.
Copper-7
(Gravigard)
f.
Multiload
g.
Progesterone
IUD
a.
Lippes Loop
IUD
ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf
S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.
Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk
tipe D.
Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak
dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.
b.
Copper-T
IUD
berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian
vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai
efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang
baru.
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah
selama
minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang
tinggi
dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan
menstruasi.
Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorhea.
c.
Copper-7
IUD
ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama
seperti
halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
d.
Multi Load
IUD
ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6
cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2
atau 375
mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar,
small
(kecil), dan mini.
C.
Cara kerja
a. AKDR non hormonal (IUD)
1.
Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2.
Mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3.
AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi
sperma untuk fertilisasi.
b. AKDR hormonal (mirena)
cara
kerja mirena ini adalah dengan mengeluarkan hormon progestin sintetis
bernama
levonorgestrel sebanyak 20 mikrogram setiap harinya. Hormon ini
selanjutnya
akan memberikan pengaruh terhadap lendir rahim sehingga lebih kental.
Akibatnya
sel sperma yang masuk ke dalam rahim akan mengalami kesulitan untuk
bergerak
karena suasana lendir rahim yang lebih mampat. Hal ini lebih mirip
seperti cara
kerja implant yang juga sama-sama mempengaruhi suasana lendir rahim
menjadi
lebih kental.
D.
efektivitas
IUD
sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap
hari
seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T
dan
Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8
tahun .
Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun
pertama
pemakaian.
E.
Mekanisme
Kerja AKDR sebagai alat kontrasepsi
Bagaimana
mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, tetapi kerjanya
bersifat
lokal.
1. AKDR merupakan benda asing dalam
rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leokosit,
makrofag, dan limposit.
2. AKDR menimbulkan perubahan
pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitas
spermatozoa.
3. Pemadatan endometrium oleh leukosit,
makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh
makrofag dan
blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan
Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi
kemampuan
untuk melaksanakan konsepsi.
F.
Indikasi
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang
menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak
menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak
terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metoda hormonal
9. Tidak menyukai mengingat-ingat
minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah
1 – 5 hari senggama
11. Perokok
12. Gemuk ataupun kurus
G.
Kontraindikasi
1. Belum pernah melahirkan
2. Adanya perkiraan hamil
3. Kelainan alat kandungan bagian
dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan,
perdarahan di
leher rahim, dan kanker rahim.
4. Perdarahan vagina yang tidak
diketahui
5. Sedang menderita infeksi alat
genital (vaginitis, servisitis)
6. Tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
7. Kelainan bawaan uterus yang
abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
8. Penyakit trofoblas yang ganas.
9. Diketahui menderita TBC pelvic.
10. Kanker alat genital
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5
cm
H.
Keuntungan
a. AKDR non hormonal
1.
Sangat
efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan
jangka
panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
2.
IUD dapat
efektif segera setelah pemasangan
3.
Metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
4.
Tidak
mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih
nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5.
Tidak ada
efek samping hormonal dengan CuT-380A
6.
Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7.
Dapat
dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
8.
Dapat
digunakan sampai menopause
9.
Tidak ada
interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa
langsung subur
b.
AKDR
hormonal
1.
Mengurangi
volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
2.
Untuk
mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae
(Asherman’s Syndrome).
c. Keuntungan (Sarwono P, 1999)
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali
pemasangan
2. Pemasangan tidak memerlukan medis
teknis yang sulit
3. Kontrol medis yang ringan
4. Tidak menimbulkan efek sistemik
5. Alat ekonomis
6. Efektivitas cukup tinggi
7.
Pulihnya
kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
(reversibel).
I.
Kerugian
a. AKDR Non hormonal
1.
Mengurangi
volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe.
2.
Untuk
mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae
(Asherman’s Syndrome).
b. AKDR hormonal
1.
Perubahan
siklus haid.
2.
Haid lebih
lama dan banyak.
3.
Perdarahan
(spotting) antar menstruasi.
4.
Disaat haid
lebih sakit.
J.
Efek
samping
1. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah
diantara siklus menstruasi, spoting akan muncul jika capek dan stress.
Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika menggunakan
kontrasepsi
AKDR.
2. Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus
menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih
cepat dari
siklus normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari,
biasanya
siklus haid berubah menjadi 21 hari.
3.
Amenore
Tidak
didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
4.
Dismenore
Munculnya
rasa nyeri saat menstruasi.
5.
Menorrhagea
Perdarahan
berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih banyak.
6.
Fluor albus
Penggunaan
AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan abnormal
pada
ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina
bakteri
anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi
sebagai
flora normal vagina.
7.
Pendarahan
Post seksual
Pendarahan
post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang menggesek
mulut
rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan.
K.
Komplikasi
1. merasa sakit dan kejang selama 3 sampai
5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya
yang
memungkinkan penyebab anemia
2. perforasi dinding uterus (sangat
jarang apabila pemasangan benar)
3. Tidak mencegah IMS termasuk
HIV/AIDS
4. Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
5. Penyakit radang panggul terjadi
sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
6. Prosedur medis, termasuk
pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
7. Sedikit nyeri dan perdarahan
(spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang
dalam 1 –
2 hari
8. Klien tidak dapat melepas IUD oleh
dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
9. Mungkin IUD keluar dari uterus
tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah
melahirkan)
10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan
ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
11. Perempuan harus memeriksa posisi benang
IUD dari waktu ke waktu.
L.
Waktu
pemasangan
1. Kapan saja dalam siklus haid selama
yakin tidak hamil.
2. Pemasangan setelah persalinan :
a.
Boleh
dipasang dalam waktu 48 jam pasca persalinan.
b.
Dapat pula
dipasang setelah 4 minggu pasca persalinan, dengan dipastikan
tidak hamil.
3. Setelah keguguran atau aborsi :
a.
Jika
mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir, boleh dipasang jika
tidak ada infeksi. Jika keguguran lebih dari 7 hari terakhir, boleh
dipasang
jika dipastikan tidak hamil.
b.
Jika
terjadi infeksi, boleh dipasang 3 bulan setelah sembuh.
4. Jika ganti dari metode lain :
Jika telah memakai metode lain
dengan benar atau tidak bersenggama
sejak haid terakhir, AKDR boleh dipasang.
M.
Waktu
pemakai memerikasaan diri
1. 1 bulan pasca pemasangan
2. 3 bulan kemudian
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Bila terlambat haid 1 minggu
5.
Perdarahan
banyak atau keluhan istimewa lainnya
N.
Waktu
pencabutan
1.
Ingin hamil
kembali.
2.
Leukorea,
sulit diobati dan klien menjadi kurus.
3.
Terjadi
infeksi.
4.
Terjadi
perdarahan.
5.
Terjadi
kehamilan.
O.
Upaya bidan
dalam menanggulangi efek samping
1. Jika permasalahan ringan,
dianjurkan agar dilakukan konseling.
2. Jika terjadi terdapat infeksi
maupun gejalanya segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
3. Pada efek samping amenore, periksa
apakah sedang hamil atau tidak.
a.
Apabila
tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan
menyelidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki.
b.
Apabila
hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
c.
Apabila
benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13
minggu, AKDR tidak dilepas.
d.
Apabila
klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan
tanpa melepas AKDR maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya
kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih
diamati dan diperhatikan.
4.
Untuk
penanganan dismenore
yaitu memastikan dan menegaskan adanya penyakit radang panggul (PRP) dan
penyebab
lain dari kekejangan.
a.
Menanggulangi
penyebabnya apabila ditemukan.
b.
Apabila
tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk sedikit
meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, AKDR dilepas dan
membantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
5.
Pada
perdarahan hebat yaitu :
a.
Apabila
tidak ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan
serta perdarahan hebat, melakukan konseling dan pemantauan.
b.
Memberi
Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk
mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1 tablet setiap hari
selama
1-3 bulan).
c.
AKDR
memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien
telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita
anemi (Hb
<7g%) dianjurkan untuk melepas AKDR dan membantu memilih metode lain
yang
sesuai.
Langganan:
Postingan (Atom)